Mau Cuan dari Investasi Saham? Pemula Cek Cara Ini

Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar saham merupakan salah satu investasi pilihan yang dapat memberikan return cukup tinggi, tetapi juga memiliki profil risiko lebih tinggi dibandingkan instrumen lain. Oleh karena itu trader pemula perlu memperhatikan berbagai faktor.

Head of Research RHB Sekuritas Indonesia Andrey Wijaya mengatakan sebelum membeli saham, dan melakukan trading, sebaiknya untuk cari tahu dahulu seperti apa valuasi dan risikonya.

Dalam membeli saham, kata Andrey diperlukan analisis yang matang. Bekal informasi ini bisa didapatkan dengan cara menelisik bagaimana profil perusahaan dengan menggali informasi terpercaya.

“Kita lihat perusahaannya, apakah terpercaya, dan kita harus tahu apa yang kita beli. Sampai kita mau trading, kita harus tahu, kalau bisa cari saham-saham yang fundamentalnya bagus,” ujar Andrey dalam acara Invest Time CNBC Indonesia TV, dikutip Kamis (18/1/2021).

Cara menganalisa fundamental saham semuanya bisa dilakukan sendiri dengan membaca dan mencermati laporan keuangan perusahaan, laporan tahunan, aksi perusahaan ataupun public expose dari setiap perusahaan. Tujuannya untuk menilai valuasi saham.

Tujuan analisa fundamental adalah tidak hanya memilih perusahaan yang bagus, tetapi juga membeli saham perusahaan di harga yang bagus.

“Kalau misalnya tiba-tiba harga saham jatuh, tapi profil perusahaan itu bagus, kita akan cenderung tahan dulu atau pada saat bagus banget, saat itu kita beli,”jelas Andrey.

Tidak seperti value investing untuk waktu jangka panjang, trading saham hanya berjangka waktu singkat. Oleh karena itu, biasanya para trader saham tidak mengharapkan dividen.

Dalam melakukan trading saham, Andrey menyarankan untuk bisa membeli saham-saham dari perusahaan lapis kedua dan ketiga. Untuk memudahkan trading saham sebaiknya untuk membeli saham di satu perusahaan saja.

“Trading di satu saham bisa cukup. Karena kalau perusahaannya bagus, kita masuk-keluarnya (jual-beli nya) melihat harga pergerakan saham harian,” tuturnya.

Menjadi trader saham, juga kata Andrey harus meluangkan waktunya lebih banyak, karena harus melihat harga saham per tiap jam, bahkan tiap menit. Analisis ini bisa disebut sebagai analisis teknikal.

Analisis teknikal biasanya untuk melihat seperti apa volume harian saham tersebut. Saat volume pembelian saham harian naik dan ada indikasi chart harga saham naik, kata Andrey itu merupakan waktu yang tepat untuk menjual saham.

Kendati demikian, trader saham juga perlu memiliki acuan harga, sehingga nanti tidak asal beli atau ikut kata orang. Para trader biasanya sudah punya acuan harga saham yang pantas, mereka akan tahu dan bisa memutuskan untuk membeli atau menjual saham tersebut.

Memiliki acuan harga yang solid akan lebih mudah menentukan, waktu beli, jual, atau tidak melakukan apa-apa.

Dalam menentukan acuan harga, cara yang paling mudah dilakukan adalah dengan relative valuation atau membandingkan saham perusahaan dengan saham perusahaan lain yang sejenis.

Indikator yang bisa digunakan dalam relative valuation yakni dengan PBV (Price to book value) atau dengan menggunakan indikator Price Earning Ratio (PER).

Cara Hitung PBV

PBV termasuk dalam golongan rasio harga pasar, rumusnya harga saham perusahaan di pasar dibagi dengan nilai bukunya (BV).

Contoh: Per tanggal 03 November 2017, Harga per lembar saham PT LMNO adalah sebesar Rp. 2.880,- sedangkan nilai buku per saham atau book value per share adalah sebesar Rp. 1.944,-. Berapakah Rasio PBV atau Rasio Harga terhadap Nilai Buku PT LMNO?

PBV = Harga per Lembar Saham / Nilai Buku per lembar Saham

= Rp. 2.880,- / Rp. 1.944,-

= 1,48 kali.

Cara Hitung PER

Sementara PER, termasuk dalam golongan rasio harga pasar, rumusnya harga saham dibagi dengan nilai EPS (Laba per Saham). 

Contoh: Diketahui bahwa harga saham DEFG di pasar saham adalah Rp 2.890/unit saham, sedangkan EPS-nya sebagai contoh Rp 425.

Price Earning Ratio (PER) = harga saham / EPS

= Rp2.890 / 425

= 6,8 X (kali).

Cara Hitung EPS

Adapun cara menghitung EPS = (Laba bersih setelah pajak – dividen)/Jumlah saham beredar.

Contoh: Perusahaan ABCD mempunyai saham beredar di pasar sebanyak 1 juta lembar pada tahun 2016, Laba bersih perusahaan setelah pajak Rp 1 miliar. Perusahaan ABCD memutuskan untuk membagikan 10% dividen kepada investor atau Rp 100 juta

EPS = (Rp. 1.000.000.000 – Rp. 100.000.000) / 1.000.000

= Rp. 900.000.000 / 1.000.000

= Rp. 900,-.

[Gambas:Video CNBC](mkh/mkh) 

Updated: Januari 18, 2024 — 6:45 am

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *